Rabu, 22 Februari 2012

FILSAFAT: HELLENISME DAN FILSAFAT YUNANI

BAB I
PENDAHULUAN
Pada abad ke-4 dan ke-5 SM belum adanya Negara yunani, akan tetapi terdapat kota-kota yang telah mempunyai  hidup bernegara yang teratur, seperti Milete, Athena,  dan Sparta.   Dalam kota-kota semacam itu, terutama di Athena mncullah pikiran tentang Negara dan hukum sebagaimana yang dialami orang-orang dalam kota itu sendiri.
            Pada abad ke-6 SM sudah terdapat pemikir-pemikir yang menyusun suatu system yang lengkap. Orang yunani yang hidup pada abad ke-6 SM mempunyai sistem kepercayaan, bahwa segala sesuatunya harus diterima sebagai sutu kebenaran yang bersumber pada mitos atau dongeng-dongeng. Artinya, suatu kebenaran lewat akal pikir (logos) tidak berlaku, yang berlakun hanya suatu kebenaran yang bersumber pada mitos (dongeng-dogeng).
            Setelah abad ke-6 SM muncul sejumlah ahli pikir yang menentang adanya mitos. Mereka menginginkan pertanyaan tentang misteri alam semesta ini jawabannya dapat diterima akal (rasional). Keadaan yang demikian ini sebagai suatu demitologi, artinya suatu kebangkitan pemikiran untuk menggunakan akal-pikir dan meninggalkan hal-hal yang sifatnya mitologi. Upaya para ahli pikir untuk mengarahkan pada suatu kebebasan berpikir ini menyebabkan banyak orang yang mencoba membuat konsep yang dilandasi kekuatan akal pikir swecara murni. Maka, timbullah peristiwa ajaib The Great Miracle, yang nantinya dapat dijadikan sebagai landasan peradaban dunia.
            Berikut ini terdapat tiga faktor yang menjadikan Filsafat Yunani lahir.
a.       Bangsa Yunani yang kaya akan mitos (dongeng). Di mana mitos dianggap sebagai awal dari upaya orang untuk mengetahui atau mengerti. Mitos-mitos tersebut kemudian disusun secara sitematis yang untuk sementara kelihatan rasional sehingga muncul mitos selektif dan rasional, seperti syaoir karya Homerus, Orpheus, dan lain-lain.
b.      Karya sastra Yunani yang dapat di anggap sebagai pendorong kelahiran filsafat Yunani, karya Homeus mempunyai kedudukan yang sangat penting untuk pedoman hidup orang-orang Yunani yang didalamnya mengandung nilai-nilai edukatif.
c.       Pengaruh ilmu-ilmu pengetahuan yang berasal dari Babylonia (Mesir) di lembah sungai Nil.
Dengan adanya ketiga faktor tersebut, kedudukan mitos digeser oleh logos(akal), sehingga setelah pergeseran filsafat tersebut lahir.
Pengertian filsafat pada masa itu masih berwujud ilmu pengetahuan yang masih global, sehingga nantinya satu demi satu berkembang dan memisahkan diri menjadi ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri.
 Zaman Yunani terbagi menjadi dua periode, yaitu periode Yunani Kuno dan periode Yunani Klasik. Periode Yunani Kuno diisi oleh ahli pikir alam (Thales, Anaximandros, Phytagoras, Xenophanes, dan Democritos). Sedangkan pada periode Yunani  Klasik diisi oleh ahli pikir seperti Socrates, Plato, Aristoteles.[1]

BAB II
PEMBAHASAN
A.    HELLENISME
1.      Latar Belakang Kemunculan Hellenisme
Filsafat yunani klasik mencapai puncaknya dengan munculnya Aristoteles. Setelah ia meninggal dunia, pemikiran filsafat yunani merosot. Lima abad sepeninggal Aristoteles terjadi kekosongan sehingga tidak ada ahli fikir yang menghasilkan buah pemikiran filsafatnya seperti Plato atau Aristoteles, sampai munculnya filosof Plotinus (204-270).
Lima abad dari adanya kekosongan diatas diisi oleh aliran-aliran besar. Pokok pemikiran filsafat dipusatkan pada cara hidup manusia sehingga orang yang dikatakan bijaksana adalah orang yang mengatur hidupnya menurut budinya. Cara untuk mengatur hidup inilah yang menjadi dasar dari Epikurisme, Stoaisme, dan Skeptisisme.menurut sejarah filsafat, masa ini sesudah Aristoteles disebut zaman Hellenisme.
Hellenisme ini adalah nama untuk kebudayaan, cita-cita dan cara hidup orang Yunani seperti yang terdapat di Athena dizaman Pericles. Hellenisme pada abad ke-4 SM diganti oleh kebudayaan Yunani, atau setiap usaha yang menghidupkan kembali cita-cita Yunani zaman modern. Filsafat Yunani dimulai pada pemerintahan Alexander Agung (356-23 SM) atau Iskandar Zulkarnain Raja Macedonia. Pada zaman ini terjadi pergeseran pemikiran filsafat, dari filsafat teoritis menjadi filsafat praktis.[2]
Istilah Hellenisme dalam istilah modern diambil dari bahasa Yunani kuno hellenizein yang berarti “berbicara atau berkelakuan seperti orang Yunani” (to speak or make Greek). Lama periode ini kurang lebih 300 tahun, yaitu mulai 323 SM (Masa Alexander Agung atau Meninggalnya Aristoteles) hingga 20 SM (Berkembangnya Agama Kristen atau zaman Philo)[3]
Hellenisme ditandai dengan fakta bahwa perbatasan antara berbagai negara dan kebudayaan menjadi hilang. Kebudayaan yang berbeda-beda yang ada pada zaman ini melebur menjadi satu yang menampung gagasan-gagasan agama, politik, dan ilmu pengetahuan. Secara umum, hellenisme juga ditandai dengan keraguan agama, melarutnya kebudayaan, dan pesimisme.
Terdapat beberapa fenomena mengenai hellenisme yaitu sebagai berikut :
1)      Dalam Konteks Agama
Ciri umum pembentukan agama baru sepanjang periode Hellenisme adalah muatan ajaran mengenai bagaimana umat manusia dapat terlepas dari kematian. Ajaran ini sering kali merupakan rahasia. Dengan menerima ajaran dan menjalankan ritual-ritual tertentu, orang yang percaya dapat mengharapkan keabadian jiwa dan kehidupan yang kekal. Suatu wawasan menyangkut hakikat sejati alam semesta dapat menjadi sama pentingnya dengan upacara agama untuk mendapatkan keselamatan.
2)      Dalam Konteks Filsafat
Filsafat bergerak semakin dekat ke arah ‘keselamatan’ dan ketenangan. Filsafat juga harus membebaskan manusia dari pesimisme dan rasa takut akan kematian. Dengan demikian batasan antara agama dan filsafat lambat laun hilang.
Secara umum, filsafat Helenisme tidak begitu orisinal. Tidak ada Plato baru atau Aristoteles baru yang muncul di panggung. Sebaliknya, ketiga filsuf besar itu menjadi sumber ilham bagi sejumlah aliran filsafat yang lainnya.
3)      Dalam Konteks Ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan Helenistik pun terpengaruh oleh campuran pengetahuan dari berbagai kebudayaan. Kota Alexandria memainkan peranan penting di sini sebagai tempat pertemuan antara Timur dan Barat. Sementara Athena tetap merupakan pusat filsafat yang masih menjalankan ajaran-ajaran filsafat Plato dan Aristoteles, Alexandaria menjadi pusat ilmu pengetahuan. Dengan perpustakaannya yang sangat besar, kota itu menjadi pusat matematika, astronomi, biologi, dan ilmu pengobatan.

2.      Aliran-Aliran Hellenisme
1.   Epicurisme
Sebagai tokohnya Epicurus (341-271 SM), lahir di Samos dan mendapatkan pendidikan di Athena. Ia mendapat pengaruh dari ajaran Demokritos dan Aristhopos.
Pokok ajarannya adalah bagaimana agar manusia itu dalam hidupnya bahagia. Epicurus mengemukakan bahwa agar manusia dalam hidupnya bahagia terlebih dahulu harus memperoleh ketenangan jiwa. Jadi, apabila manusia dapat menghilangkan rasa ketakutannya, niscaya manusia akan memperoleh ketenangan jiwa, yang selanjutnya akan memperoleh kebahagiaan
Terdapat tiga ketakutan dalam diri manusia yaitu :
a.       Agar manusia tidak takut terhadap kemarahan dewa
b.      Agar manusia tidak takut terhadap kematian
c.       Agar manusia tidak takut terhadap nasib
Untuk mencapai kebahagiaan manusia harus menghilangkan rasa ketakutan terhadap kemarahan dewa,kematian dan akan nasib.[4]
2.      Stoaisme
Sebagai tokohnya adalah Zeno (366-264 SM) yang berasal dari Citium, Cyprus. Ajarannya mempunyai persamaan dengan Epicurus.
Pokok ajarannya adalah bagaimana manusia dalam hidupnya dapat bahagia. Untuk mencapai kebahagiaan tersebut manusia harus harmoni terhadap dunia (alam) dan harmoni dengan dirinya sendiri.  Untuk mencapai harmoni dengan dunia (alam), manusia terlebih dahulu harus harmoni dengan dirinya sendiri. Apabila manusia telah dapat mencapai harmoni dengan dirinya sendiri. Maka kebahagiaan bukan lagi sebagai tujuan hidup, tetapi dalam keadaan harmoni dengan dirinya sendiri, itulah sesungguhnya manusia dalam keadaan apatheia, yaitu keadaan tanpa rasa atau keadaan manusia dimana dirinya dapat menguasai segala perasaannya.
3.      Skeptisisme
Tokohnya adalah Pyrrhe (350-270 SM). Pokok ajarannya adalah bagaimana cara manusia agar dapat hidup berbahagia. Syaratnya, manusia perlu untuk tidak mengambil keputusan karena orang yang tidak pernah mengambil keputusan itu disebut orang yang tidak pernah keliru. Dengan demikian, orang yang bijaksana adalah orang yang selalu ragu-ragu, dengan ragu-ragu itu orang akan tidak pernah keliru. Akhirnya orang tersebut dikatakan sebagai orang yang tidak pernah mangambil keputusan, dan orang yang tidak pernah mengambil keputusan itulah orang yang berbahagia.
4.      Neoplatonisme
Tokohnya adlah Plotinus dan Ammonius Saccas. Kurang lebih lima abad sesudah Aristoteles meninggal dunia, muncul kembali filsafat Yunani yang untuk terakhir kalinya. Munculnya kembali pemikiran filsafat yunani ini bersamaan dengan munculnya agama Kristen (awal abad masehi).
Plotinus (204-270) lahir di lykopolis, Mesir. Pemikiran filsafatnya dipengaruhi oleh Plato, sedikit Aristoteles. Titik tolak pemikirannya adalah bahwa asas yang menguasai segala sesuatu adalah satu. Tuhan dianggap sebagai kebaikan tertinggi dan sekaligus menjadi tujuan semua kehendak. Demikian juga manusia sebagai makhluk bukanlah sebagai ciptaan Tuhan, tetapi pancaran Tuhan. Karena zaman Neoplatonisme ini diwarnai oleh agama, zaman ini disebutnya sebagai zaman mistik.[5]
 
B.  FILSAFAT YUNANI
1.      Yunani Kuno
Periode Yunani Kuno ini lazim disebut periode filsafat alam. Dikatakan demikian karena pada perode ini ditandai dengan munculnya para ahli pikir alam, dimana arah rah dan perhatian pemikirannya kepada apa yang diamati di sekitarnya.
Para pemikir filsafat Yunani yang pertama berasal dari Miletos, sebuaah kota perantauan Yunani yang terletak di pesisir Asia Kecil.[6]
a.       Thales (625-545 SM)
Nama Thales muncul atas penuturan sejarawan Herodotus pada abad ke-5 SM. Thales sebagai salah satu dari tujuh orang bijaksana (Seven Wise Men Of  Greece). Aristoteles memberikan gelar The Father of Philosophy[7], juga menjadi penasehat teknis ke-12 kota Ionia. Salah satu jasanya yang besar adalah meramal gerhana  pada tahun 585 SM.
Thales mengembankan filsafat alam kosmologi yang mempertanyakan asal mula, sifat dasar, dan struktur komposisi alam semesta. Menurut pendapatnya, semua yang berasal dari air sebagai materi dasar kosmis. Sebagai ilmuwan pada masa itu ia mempelajari magnetisme dan listrik yang merupakan pokok soal fisika. Ia juga mengembangkan astronomi dan matematika dengan mengemukakan pendapat bahwa bulan bersinar karena memantulkan cahaya matahari, menghitung terjadinya gerhana matahari, dan bahwa kedua sudut alas dari suatu segi tiga sama kaki sama besarnya. Dengan demikian, Thales merupakan ahli matematika yang pertama dan juga sebagai the father of deductive reasoning (bapak penalaran deduktif).
b.      Anaximandros (640-546 SM)
Ia adalah orang pertama yang mengarang suatu traktat dalam kesusasteraan yunani, dan berjasa dalam bidang astronomi, geografi. Jadi, ia merupakan orang pertama yang membuat peta bumi. Ia berhasil memimpin sekelompok orang yang membuat kota baru di apollonia, yunani.
Pemikirannya, dalam memberikan pendapat tentang arche (asas pertama alam semesta), ia tidak menunjuk pada salah satu unsur yang dapat diamati oleh indra, tetapi ia menunjuk dan memilih pada sesuatu yang tidak dapat diamati indra, yaitu to apeiron, sebagai sesuatu yang tidak terbatas, abad sifatnya, tidak berubah-ubah, ada pada segala-galanya, dan sesuatu yang paling dalam, bumi seperti silinder, lebarnya tiga kali lebih besar dari tingginya. Mengapa bumi tidak jatuh ? karena bumi berada pada pusat jagad raya.
c.       Pythagoras (   572-497 SM)
Mengenai riwayat hidupnya, ia dilahirkan di pulau samos, ionia. Pemikirannya, substansi dari semua benda adalah bilangan, dan segala gejala alam merupakan pengungkapan indrawi dari perbandingan-perbandingan matematis. Bilangan merupakan inti sari dan dasar pokok dari sifat-sifat benda (number rules the universi= bialangan memerintah jagad raya). Ia juga mengembangkan pokok soal matematik yang terrmasuk teori bilangan.
d.      Xenophanes (570 SM)
Ia lahir di xolophon, Asia kecil. Waktu berumur 25 tahun ia mengembara ke yunani. Ia lebih tepat dikatakan sebagai penyair daripada ahli pikir (filosof), hanya karena ia daya nalar yang kritis dan mempelajari pemikiran-pemikiran filsafat pada saat itu. Namanya menjadi terkenal karena untuk pertama kali melontarkan anggapan bahwa adanya konflik antara pemikiran filsafat (rasio) dengan pemikiran mitos. Ia membantah adanya antropomorfisme tuhan-tuhan, yaitu tuhan digambarkan sebagai (seakan-akan) manusia. Ia juga membantah bahwa tuhan bersifat kekal dan tidak mempunyai permulaan. Ia juga menolak anggapan bahwa tuhan mempunyai jumlah yang banyak dan menekan atas keesaan tuhan. Kritik ini ditujukan kepada anggapan-anggapan lama yang berdasar pada mitologi.[8]
e.       heraclitos (535-475 SM)
Ia lahir di ephesus, sebuah kota perantauan di Asia kecil, dan merupakan kawan dari pythagoras dan xenophanes, akan tetapi lebih tua. Ia mendapat julukan si gelap, karena untuk menelusuri gerak pikirannya sangat sulit.
Pemikiran filsafatnya terkenal dengan filsafat menjadi. Ia  mengemukakan bahhwa segala sesuatunya (yang ada itu) sedang menjadi dan selalu berubah. Ucapannya yang terkenal : panta rhei kai uden menci, artinya segala sesuatunya mengalir bagaikan arus sungai dan tidak satu orang pundapat masuk ke sungai yang sam dua kali. Alasannya, karena air sungai yang pertama telah mengalir, berganti dengan air yang berada di belakangnya.
f.       Parmenides (540-475 SM)
Ia lahir di kota Elea, kota perantauan yunani di italia selatan. Kebesarannya sama dengan kebesaran heracleitos. Dialah yang pertama kali memikirkan tentang hakikat tentang ada (being).
Menurut pendapatnya, apa yang disebut sebagai realitas adalah bukan gerak dan perubahan. hal ini berbeda dengan pendapat heracleitos, yaitu bahwa realitas adalah gerak dan perubahan. yang ada (being) itu ada, yang ada tidak dapat hilang menjadi tidak ada, dan yang tidak ada tidak mungkin muncul menjadi ada, yang tidak ada adalh tidak ada, sehingga tidak dapat dipikirkan. Yang dapat dipikirkan hanyalaah yang ada saja, yang tidak ada tidak dapat dipikirkan.
g.      Zeno (490-430 SM)
Zeno Lahir di elea, dan murid dari parmenides. Sebagai murid dari parnenides ia dengan gigihnya mempertahankan ajaran gurunya dengan cara memberikan argumentasi secara baik. Maka, di kemudian hari dia dianggap sebagai peletak dasar dialektika.
Menurut aristoteles, zenolah yang menemukan dialektika, yaitu suatu argumentasi yang bertitik tolak dari suatu pengandaian atau hipotesis, dan dari hipotesis tersebut ditarik suatu kesimpulan. Dalam melawan penentang-penentangnya kesimpulan yang diajukan oleh zeno dari hipotesis yang diberikan adalah suatu kesimpulan yang mustahil sehingga terbukti bahwa hipotesis itu salah.
h.      Empedocles (490-435 SM)
Lahir di akragos, pulau sicilia. Ia sangat dipengaruhi oleh ajaran kaum pythagorean, parmenides, dan aliran keagamaan refisme. Ia pandai dalam bidang kedokteran, penyair retorika, politik dan pemikir. Ia menulis Karyanya dalam bentuk puisi, seperti parmenides.
Empedocles sependapat dengan parmenides, bahwa alam semesta di dalamnya tidak ada hal yang dilahirkan secara baru, dan tidak ada hal yang hilang. Ia tdak setuju dengan konsep ruang kosong, akan tetapi ia mempertahankan adanya pluralitas dan perubahan dari hasil pengamatan indra. Realitas tersusun oleh enpat unsur ; yaitu api, udara, tanah, dan air. Kemudian, empat unsur di gabungkan dengan unsur Yang berlawanan. Sehingga penggabungan dari unsur-unsur yang berlawanan tersebut akan menghasilkan suatu benda dengan kekuatan yang sama, tidak berubah walaupun dengan komposisi yang berbeda.
i.        Anaxagoras ( 499-420 SM)
 Ia dilahirkan di kota klazomenai, ionia, kemudian menetap di Athena selam 30 tahun. Anaxogoras adalah ahli pikir yang pertama  yang berdomisili di athena, di man di kemudian hari athena inilah menjadi pusat pertama perkembangan filsafat yunani sampai abad ke-2 SM. Ia pernah diajukan ke pengadilan dengan mengajarkan bahwa matahari adalah batu yang berpijar dan bulan adalh tanah, bukan sebagai dewa seperti apa yang menjadi kepercayaan masyarakat pada saat itu.
Pemikirannya, realitas merupakanlah satu, tetapi terdiri dari banyak unsur dan tidak dapat di bagi-bagi, yaitu atom. Atom ini sebagai bagian yang terkecil dari materi sehingga tidak dapat terlihat dan jumlahnya tidak terlihat dan jumlahnya tidak terhingga.
j.        Democritos (460-370 SM)
Ia lahir di kota Abdera di pesisir Thrake di yunani utara. Pemikirannya adalah bahwa realitas bukanlah satu, tetapi terdiri dari banyak unsur dan jumlahnya tak terhingga. Unsur-unsur tersebut merupakan bagian materi yang sangat kecil sehingga indra kita tidak mampu mengamatinya dan tidak dapa dibagi lagi. Unsur-unsur tersebut di katakan sebagai atom yang berasal dari satu dari yang lain karena tiga hal yaitu bentuk, urutan, dan posisinya. Atom-atom ini tidak dijadikan dan tidak dapat di musnahkan, tidak berubah, dan tidak berkualitas.[9]

2.      Yunani Klasik
Pada periode yunani klasik ini perkembangan filsafat menunjukkan kepesatan, yaitu ditandainya semakin besar minat orang terhadap filsafat. Aliran yang mengawali periode yunani klasik ini adalah Sofisme.  Penamaan aliran sofisme ini berasal dari kata sophos yang artinya cerdik pandai.[10]
Adapun para filosof yunani klasik diantaranya:
a.       Socrates (469-399)
Socrates lahir di Athena pada tahun 469 SM. Ia segera mengembangkan fikiran di bidang filsafat seperti halnya Pythagoras sebelumnya. Sayangnya ia tidak ada meninggalkan tulisan langsung yang berisi pandangannya tentang keyakinannya namun kita memiliki catatan kehidupannya sebagaimana direkam oleh Plato dan juga ahli sejarah bangsa Yunani yang bernama Xenophon dari Athena. Dari catatan mereka itulah kita bisa merangkai beberapa informasi tentang kehidupan, keyakinan dan karakter dirinya.
Di masa mudanya Socrates mendapat pendidikan normal di bidang sains, musik dan gimnastik. Semua ini merupakan subyek pelajaran yang berlaku umum dalam periode Yunani klasik. Ia dikenal juga sebagai pematung dan katanya beberapa karyanya pernah ditampilkan di salah satu tempat di jalan menuju ke Acropolis di Athena.
Socrates dengan pemikiran filsafatnya untuk menyelidiki manusia secara keseluruhan, yaitu dengan menghargai nilai-nilai jasmaniah dan rohaniah yang keduanya tidak dapat dipisahkan karena dengan keterkaitan kedua hal tersebut banyak nnilai yang dihasilkan.
b.      Plato (427-347 SM)
Plato adalah pengikut Socrates yang taat diantara para pengikutnya yang mempunyai pengaruh besar. Selain dikenal sebagai ahli piker juga dikenal sebagai sastrawan yang terkenal. Ia lahir di Athena, dengan nama asli Aristocles. Sejak anak-anak ia telah mengenal Socrates dan kemudian menjadi gurunya selamanya 8 tahun.
Ada tiga ajaran pokok dari Plato yaitu tentang idea, jiwa dan proses mengenal. Menurut Plato realitas terbagi menjadi dua yaitu inderawi yang selalu berubah dan dunia idea yang tidak pernah berubah. Idea merupakan sesuatu yang obyektif, tidak diciptakan oleh pikiran dan justru sebaliknya pikiran tergantung pada idea-idea tersebut. Idea-idea berhubungan dengan dunia melalui tiga cara; Idea hadir di dalam benda, idea-idea berpartisipasi dalam kongkret, dan idea merupakan model atau contoh (paradigma) bagi benda konkret. Pembagian dunia ini pada gilirannya juga memberikam dua pengenalan, yaitu pengenalan tentang idea dan pengenalan tentang doxa (pendapat).[11]

c.        Aristoteles (384-322 SM)
Ia dilahirkan di Stageira, yunani utara pada tahun 384 SM. Pada usia 17 ia dikirim ke Athena untuk belajar di academia plato selama kira-kira 20 tahun hingga plato meninggal. Beberapa lama ia mengajar di academia plato untuk mengajar logika dan retorika.

Karya-karya Aristoteles berjumlah 8 pokok-pokok bahasan sebagai berikut:
1)      Logika
2)      Filsafat alam
3)      Psikologi
4)      Biologi
5)      Metafisika
6)      Etika
7)      Politik dan ekonomi
8)      Retorika dan poetika[12]

BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Zaman Yunani terbagi menjadi dua periode, yaitu periode Yunani Kuno dan periode Yunani Klasik. Periode Yunani Kuno diisi oleh ahli pikir alam (Thales, Anaximandros, Phytagoras, Xenophanes, dan Democritos). Sedangkan pada periode Yunani  Klasik diisi oleh ahli pikir seperti Socrates, Plato, Aristoteles.  Adapaun Hellenisme pada abad ke-4 SM diganti oleh kebudayaan Yunani, atau setiap usaha yang menghidupkan kembali cita-cita Yunani zaman modern. Filsafat Yunani dimulai pada pemerintahan Alexander Agung (356-23 SM) atau Iskandar Zulkarnain Raja Macedonia. Pada zaman ini terjadi pergeseran pemikiran filsafat, dari filsafat teoritis menjadi filsafat praktis.

DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, Asmoro. 2008. Filsafat Umum. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Brouwer. 1986.  Sejarah Filsafat Modern dan Sezamannya. Bandung: Alumni.
Bertens. 1999. Sejarah Filsafat Yunani. Jakarta: Kanisius.
Hadiwijono, Harun. 2003. Sari Sejarah Filsafat Barat I. Yogyakarta: Kanisius
Huijbers, Theo. 1982. Filsafat Hukum dalam Lintasan Sejarah. Bandung: Pustaka Filsafat.
Yazdi, Taqi Misbah. 2003. Buku Daras Filsafat Islam. Bandung: Mizan.


[1] Asmoro Achmadi, Filsafat Umum, (Jakarta: PT RajaGrafindo persada,2008)hal. 31
[2] Ibid, hal.60
[3]Taqi Misbah Yazid, Buku Daras Filsafat Islam, (Bandung: Penerbit Mizan,2003)hal. 18

[4] Asmoro Achmadi, Filsafat…. Hal.61
[5] Ibid, hal. 62-64
[6] Brouwer, Sejarah Filsafat Modern dan Sezamannya, (Bandung: Alumni, 1986), hal. 2
[7] Bertens, Sejarah Filsafat Yunani (Yogyakarta: Kanisius, 1975) hal.26
[8] Ibid, hal.29
         [9] Huijbers, Theo. Filsafat Hukum dalam Lintasan Sejarah. (Bandung: Pustaka Filsafat, 1982)hal. 44
[10] Brouwer, Sejarah Filsafat….hal. 18
[11] Harun Hadiwijono, Sari Sejarah Filsafat Barat I, (Yogyakarta: Kanisius, 2003)hal. 37
[12] Bertens, Sejarah Filsafat…. Hal.114

Tidak ada komentar:

Posting Komentar