Jumat, 11 November 2011

PERANAN ENTREPRENEURSHIP DALAM PENGEMBANGAN EKONOMI

Wirausaha (entrepreneur) diartikan sebagai  seorang inovator dan penggerak pembangunan.  Bahkan, seorang wirausaha merupakan katalis yang  agresif untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi.  Wirausaha adalah individu yang memiliki pengendalian tertentu terhadap alat-alat produksi dan menghasilkan lebih banyak daripada yang dapat dikonsumsinya atau dijual atau ditukarkan agar memperoleh pendapatan (McClelland, 1961). Wirausaha adalah pencipta kekayaan  melalui inovasi, pusat pertumbuhan pekerjaan dan ekonomi, dan pembagian kekayaan yang bergantung pada kerja keras dan pengambilan resiko (Bygrave, 2004). Ini berarti bahwa kewirausahaan (entrepeneurship) sangat erat kaitannya dengan pertumbuhan ekonomi.
Kewirausahaan bukanlah sesuatu yang baru dalam ekonomi. Istilah kewirausahaan telah dilakukan setidaknya sejak 150 tahun yang lalu, dan konsepnya telah ada sejak 200 tahun lalu.  Namun, pertama kali gagasan tentang kewirausahaan dan pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan yang sangat erat dan positif disampaikan oleh Schumpeter pada tahun 1911.  Peningkatan jumlah wirausaha menyebabkan peningkatan pertumbuhan ekonomi suatu negara. Ada lima alasan yang melatarbelakangi gagasan Schumpeter ini, yakni:
1)      wirausaha yang mengenalkan produk baru dan kualitas baru dari suatu produk.
2)      wirausaha yang mengenalkan metode baru berproduksi yang lebih komersial, baik berdasarkan pengalaman maupun hasil kajian ilmiah dari suatu penelitian.
3)      wirausaha yang membuka pasar baru, baik dalam negeri ataupun di negara yang sebelumnya belum ada pasar.                           
4)      wirausaha yang menggali sumber pasokan bahan baku baru bagi industri setengah jadi atau industri akhir, dan
5)      wirausaha yang menjalankan organisasi baru dari industri apapun.
Kelima hal inilah mengapa wirausaha mendorong peningkatan pertumbuhan ekonomi suatu negara, karena adanya  peningkatan produktivitas.
Mengingat bahwa entrepeneurship pada intinya berarti didorongnya perubahan ekonomi, maka faktor-faktor yang sama yang memajukan pertumbuhan dan pengembangan ekonomi, mempengaruhi pula munculnya entrepreneurship. Ada dua jenis faktor ekonomi berupa:
a.       Adanya perangsang (insentif-insentif) pasar: kebutuhan sosial baru dapat diupayakan untuk dipenuhi oleh sang entrepreneur dengan cara-cara baru.
b.      Adanya cukup persiapan modal, guna mendanai perusahaan-perusahaan, dan institusi-institusi, yang mengarahkan modal ke orang-orang yang ingin memanfaatkannya untuk proyek-proyek entrepreneurial.[1]
Hingga tingkat tertentu, kekayaan lama, merupakan sebuah  prakondisi bagi kekayaan baru, pada Negara-negara yang mengalami kekurangan vitalitas ekonomi, atau tidk memiliki peluang-peluang pasar, maupun modal yang diperlukan untuk mendanai kegiatan para entrepreneur mereka. Banyak Negara dewasa ini yang mengalami kekurangan modal sendiri mengundang para calon investor, guna mmeperbesar arus masuknya modal kedalam perekonomian mereka.
Peranan entrepeneurship dalam pembangunan ekonomi juga disebabkan karena adanya kemampuan untuk memberikan daya cipta nilai–nilai sosial maupun ekonomi, yakni dalam hal menciptakan kesempatan kerja, melakukan inovasi dan kreasi baru terhadap produksi barang ataupun jasa yang dibutuhkan masyarakat, menjadi modal sosial serta meningkatkan kesetaraan (equity promotion).



1.      Kesempatan Kerja
Manfaat ekonomi yang dirasakan dari adanya Entrepreneurship di berbagai negara adalah penciptaan kesempatan kerja baru yang meningkat secara signifikan. Penelitian ini dilakukan oleh John Hopkins University pada tahun 1998. Selain itu memberikan pula peluang kerja kepada penyandang cacat untuk dilibatkan dalam kegiatan produktif. Selain itu, Keberhasilan yang juga ingin diperoleh antara lain adalah kemampuannya untuk memberdayakan 6 juta orang wanita menjadi kekuatan yang produktif secara ekonomi, membentuk phone-lady yang tersebar didesa-desa dan memberdayakan ribuan pengemis untuk melakukan kegiatan yang lebih produktif.
2.      Inovasi dan Kreasi
Berbagai inovasi terhadap jasa kemasyarakatan yang selama ini tidak tertangani oleh pemerintah dapat dilakukan oleh kelompok Entrepereneurship seperti misalnya: penanggulangan HIV dan narkoba, pemberantasan buta huruf, kurang gizi. Seringkali standar pelayanan yang dilakukan pemerintah tidak mengena sasaran karena terlalu kaku mengikuti standar yang ditetapkan. Sedangkan Social Entrepreneurs mampu untuk mengatasinya karena memang dilakukan dengan penuh dedikasi. Menurut Bill Drayton (2006): social entrepreneurs need and deserve loyalty. Their work is not a job, it is their life.
3.      Modal Sosial
Modal sosial merupakan bentuk yang paling penting dari berbagai modal yang dapat diciptakan oleh social entrepreneur karena walaupun dalam kemitraan ekonomi yang paling utama adalah nilai -nilai : saling pengertian (shared value), trust (kepercayaan) dan budaya kerjasama ( a culture of cooperation), kesemuanya ini adalah modal sosial. Keberhasilan negara maju adalah karena adanya etika kerjasama yang mampu untuk menumbuhkan inovasi dan mengembangkan industri di negara masing-masing. Bank Dunia menyatakan pula bahwa permasalahan yang kritis dalam penanggulangan kemiskinan adalah modal sosial yang tidak memadai. Selanjutnya dibangun jaringan kepercayaan dan kerjasama yang makin meningkat sehingga dapat akses kepada pembangunan fisik, aspek keuangan dan sumber daya manusia. Pada saat unit usaha dibentuk (organizational capital) dan saat usaha sosial mulai menguntungkan maka makin banyak sarana sosial dibangun.
4.      Peningkatan Kesetaraan
Salah satu tujuan pembangunan ekonomi adalah terwujudnya kesetaraan dan pemerataan kesejahteraan masyarakat. Dan melalui entrepreneurship, tujuan tersebut akan dapat diwujudkan, karena para pelaku bisnis yang semula hanya memikirkan pencapaian keuntungan yang maksimal, selanjutnya akan tergerak pula untuk memikirkan pemerataan pendapatan agar dapat dilakukan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan. Contoh keberhasilan Grameen Bank
adalah salah satu bukti dari manfaat ini. Demikian pula upaya J.B.Schramm dari Amerika Serikat yang telah membiayai ribuan pelajar dari keluarga tidak mampu untuk melanjutkan pendidikannya di perguruan tinggi.[2]


[1] Ibid, hal. 77

[2] Kasmir, Kewirausahaan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), hal. 6

Tidak ada komentar:

Posting Komentar