Sabtu, 10 September 2011

::Goresan Sang Hati::


Sebuah cerita singkat yang pernah menyentuh beberapa lembaran kehidupanku..

Ini bukanlah kisah yang mengoreskan sejuta pesona keindahan
Layaknya sepasang muda-mudi yang saling mengikat janji yang belum pasti
Tetapi hanyalah sejejak inspirasi yang tinggal membekas dalam hati

Awalnya tak pernah terlintas bahwa ia sosok yang mengagumkan. Dalam pertemuan yang hanya beberapa kali itu, Tidak ada hal yang menarik, tidak ada  sesuatu yang sedap dipandang, tidak ada ucapan yang menyanjungkan, bahkan tidak ada tegur sapa yang berkepanjangan. Yang ada hanyalah tarikan perasaan yang sangat kuat. Hatiku berdesir ketika pandangan itu terlintas begitu saja. Entah apa yang terjadi, namun ada sesuatu hal yang aneh yang aku rasakan. Aku mencoba mencari jawabannya saat itu, tapi jawaban itu masih menjadi misteri yang masih tertutup rapat sehingga tak sedikitpun ada celah bagiku untuk dapat mengetahuinya. Hanya DIA sajalah yang dapat mengetahui segala hal yang tersembunyi..
Ternyata pertemuan itu berlajut ketika aku mengikuti sebuah acara. Sosok itu kembali hadir dihadapanku. Tapi, ada hal yang berbeda darinya. Terlihat Secuil senyuman terlukis diwajahnya. Kebisuanku saat itu ia rangkai menjadi kata-kata. Yah.. ia mulai menegurku.. Walaupun hanya dengan beberapa patah kata saja. Aku merasakan bahwa ia bukanlah seseorang yang asing lagi bagiku. Disaat itu juga aku mendengar namanya ketika ia dipersilahkan tampil mengisi acara. Nama yang singkat, tapi penuh makna. Sungguh.. hatiku mulai bertanya-tanya siapakah sebenarnya sosok itu??
Selang beberapa hari, Kami kembali di pertemukan. Aneh.. kali ini tiada apapun yang terdengar lagi darinya. Tidak ada tegur sapa, bahkan senyuman itu juga telah sirna. Hanya pandangan sekilas yang tampak dari kedua matanya, persis seperti pertama kali kami bertemu. Dan ia pun berlalu begitu saja.

Kebingungan pun kembali menghampiriku…
Ketika aku masih larut dalam seribu pertanyaan tentangnya, tiba-tiba ada seorang teman yang membuka celah kebingungan itu. Temanku ternyata juga mengenalnya. Berawal dari dialah aku mengenal sosok itu.
Sedikit demi sedikit kepribadiannya mulai terkuak. Bukan aku saja yang merasakan pengaruh kepribadiannya, tapi juga orang-orang yang pernah mengenalnya.
Bagiku dia adalah sosok yang baru. Sungguh.. tidaklah sama dengan kebanyakan kaumnya yang lain. Mendengar berbagai cerita tentangnya, perasaanku semakin tak menentu.
Dari penampilannya, ia terlihat sederhana. Pakaian yang ia kenakan mencerminkan kepribadian yang religius. Sikapnya juga terlihat tenang, raut wajahnya mengisyaratkan keteduhan. Setelah beberapa kali aku melihatnya, hanya itu yang bisa aku nilai secara langsung.
Menurut cerita temanku,  ia adalah seorang anak yang cerdas, terutama dalam masalah agama. Hal itu memang terlihat sejak pertama aku bertemu dengannya. Tapi, ia dikenal sebagai seseorang yang tertutup, pergaulannya sangat terbatas. Ia tidak pernah mengenal sosok wanita, apalagi terlibat dalam hubungan yang belum halal seperti remaja pada umumnya.
Aku mulai penasaran setelah mendengar cerita tentangnya. Tapi sayangnya, aku tidak pernah melihatnya lagi. Pertemuan pertama yang menurutku sebuah misteri, berakhirnya pun masih meninggalkan misteri. Hanya dengan tiga kali pertemuan saja. Dan aku percaya bahwa semua itu telah di atur oleh-Nya.
            Rencana Allah tak seorang pun yang tahu. Dalam ketidaktahuanku, ia kembali hadir melintas di benakku. Ada suatu tugas yang mengharuskanku untuk menghubunginya. Awalnya aku ragu, tapi karena ini adalah bagian dari pekerjaanku, mau tidak mau aku harus menghubunginya. Ba’da maghrib, jemariku mencoba mengetik huruf demi huruf yang ditujukan kepadanya. Isi pesan itu cukup singkat, langsung to the point saja..
            Cukup lama menunggu balasan darinya, tiba-tiba hatiku gelisah. Apakah sikapku ini salah karena telah menghubunginya? Aku takut ia menganggapku lancang, karena aku tahu sikapnya yang tertutup itu. Sebelumnya  kami juga tidak pernah berkomunikasi. Tapi kali ini hanyalah mengenai pekerjaanku, bukan karena hal-hal lain. Ada sesuatu yang harus ditanyakan padanya. Namun, bagaimana tanggapannya nanti ? sungguh.. aku resah memikirkannya.
Setelah lama menunggu, HPku kemudian berdering. Sebuah pesan darinya. Hatiku berdegup kencang. Setelah membaca tiap kata yang ia tulis, aku merasa kembali menemukan hal baru darinya. Aku tak menduga keterlambatannya membalas pesanku karena ia baru saja pulang dari mesjid sesudah tadarusan. Subhanallah.. sungguh, kepribadian yang ta’at kepada agama.  Jarang anak-anak usia muda yang sengaja ke mesjid untuk tadarusan. Bahkan seusai magrib hanya di habiskan dengan berkeliaran atau sekedar nongkrong bersama teman-temannya. Lebih dari itu, bahasa yang ia gunakan sangat sopan, tidak seperti pesan yang pernah kubaca selama ini. Perasaanku menjadi semakin tak karuan.
Semakin bergulirnya waktu, aku mulai menyadari kenapa sikapnya berbeda dari yang lain.. Aku tak menyangka bahwa dalam ketenangannya tersimpan kegundahan hati. Hal itu aku ketahui dari temanku. Ia yang telah mnceritakan sesuatu yang membuatku tak percaya. Tanpa disadari,  perasaan itu tumbuh mengitari hati yang selama ini terawasi. Apakah ini ujian baginya ataukah anugerah yang Tuhan titipkan sebelum masanya. Jelasnya, perasaan itu telah menyiksa batinnya, mengundang ketakutannya selama ini. hal itu juga yang membuatnya membentangkan jarak padaku agar jalan kedekatan itu tidak terbuka lebar.. aku tak mengerti, tapi hal inilah yang ia rasakan. Ia hanya bisa menceritakan kepada temanku, berharap aku memahaminya.
Hatiku bergetar ketika misteri kejujuran hatinya telah terungkap. Tak bisa ku pungkiri, perasaanku juga berpihak padanya. Tapi semua itu tidaklah mungkin. Karena aku tahu waktu belum mengizinkannya. Sejak saat itulah, aku memutuskan untuk menutup semua kebimbanganku selama ini. jawaban itu sudah kutemukan. Kini saatnya aku mulai tenang  menjalani kehidupanku lagi tanpa ada pertanyaan yang menyerbuku. Begitupun dengan dirinya. Aku teringat dengan kata-kata yang ia tulis lewat dunia maya, bahwa sesuatu itu akan indah pada masanya. Biarlah perasaan itu hadir, tapi kitalah yang memegang kendali. Jangan mudah untuk melepaskannya sebelum ada syari’at yang menghalalkan. Perasaan itu tak dapat di undang, tapi ia datang dengan sendirinya, walau hanya dalam waktu yang singkat. Namun, untuk menumbuhkan perasaan itu tidaklah membutuhkan waktu yang panjang, tidaklah harus dengan pendekatan yang tekun, cukup dengan kecocokan jiwa.
Hal itulah yang aku dan dia rasakan. Saat ini, aku kembali menyerahkan semuanya kepada Sang pemilik hati. semoga Allah memberikan yang terbaik untuk diriku dan dirinya.
Ada sebuah syair yang mengingatkanku tentang episode yang singkat itu..
Luluh hatiku yang sayu menatap wajahmu tenang dalam lena
Kasih zahirkan lagu sedangkan bibirku jauh dari lafadzNya
Dan raut tuamu, Membekas jiwaku, meredakan rindu, mendamaikan kalbu
Tak mungkin ku temu iras sentuhanmu
Biarkan ku redah seluruh dunia mencari gantimu

Betapa sukarnya menyusun bicara, meluahkan rasa, menuturkan sayang
Kasih yang terlimpah hanya sekedar tingkah
Cuma ungkapan kebisuan yang melindungkan kalimah rahsia

Masih kubiarkan waktu melarikan lafadz kasihku padaku…

Mengapakah sukar menyusun bicara, meluahkan rasa, menuturkan sayang
Kasih yang terlimpah hanya sekedar tingkah
Cuma ungkapan kebisuan yang melindungkan kalimah rahasia
Apakah yang hilang andai dilisankan
Bait penghargaan penuh kejujuran
Tak mungkin terlihat cinta yang merona
Jika hanya renungan mata yang bersua bukan atur kata

Tiada lagi ertinya pngucapan
Andai akhir nafas di ujung helaan
Sebelum mata rapat terpejam
Usah biar kehilangan menggantikan lafadz yang tersimpan…
(Unic_lafaz yang tersimpan)
Setiap mendengarkan syair ini, aku kembali teringat dengan sosok itu. Sampai saat ini kau tidak pernah mengetahui keberadaannya. Semoga ia baik-baik saja disana dan tetap dalam lindungan Allah Subhanahu wa ta’alaa..
Terima kasih telah menjadi inspirasiku..^­_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar