Jumat, 12 Agustus 2011

::: Kembali padaNya...


Hari itu, ia merenung sendiri dikamarnya. Tiada satu kata pun yang keluar dari bibirnya, yang ada hanyalah tetesan air mata. Bagai hujan yang sedang mengguyuri tanah yang kering dan tandus. Hatinya mulai memanggil-mangil nama yang selama ini sering terlupakan, hatinya kembali merintih, memohon dan berharap bagaikan sang buta yang kehilangan sebuah tongkat untuk berjalan. Ia teringat kepada Rabb yang menciptakannya. Air mata pun terus bercucuran.
“Ya Allah, ampuni segala dosa hamba. Selama ini hamba telah berpaling dari cinta-Mu dan menggantikannya dengan cinta selain-Mu..”
Kembali ia terbayang pada peristiwa yang telah ia alami. Betapa hati ini telah dibutakan oleh indahnya jaring-jaring perangkap yang dibuat oleh syaitan. Padahal dulunya ia pernah berniat untuk menjaga hati sampai tiba saat yang tepat untuk mengeksperikan cintanya itu. Namun, apa yang terjadi? Ia pun terjebak dengan keindahan yang hanya sesaat yang berakhir dengan kesedihan.
“Astaghfirullahal’adzim…..”
Di persetiga malam itu ia kembali bermunajat kepada Allah. Sungguh, ia benar-benar merasakan getaran hati yang selama ini tidak pernah ia rasakan. Ia memohon kepada Allah agar diberikan kekuatan dan petunjuk dalam menghadapi semua itu. Hatinya benar-benar menyesali apa yang telah terjadi, dan ia berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Hubungan yang terjalin tanpa adanya ikatan yang sah alias pacaran tidak akan ia jalani lagi.
“Semoga hamba bisa isiqomah Ya Rabb….”
Syukur Alhamdulillah.. Allah masih menjaganya, menyelamatkan ia dari jurang yang hampir menyesatkannya. Allah kembali memanggil hatinya. Dengan adanya masalah dalam hubungannya itu, Allah menyadarkan ia dan membukakan kembali pintu hatinya. Dan sekarang hidayah dari Allah senantiasa membimbingnya, menunjukinya kejalan yang lurus. Hatinya kembali diliputi oleh iman. Ia percaya bahwa Allah selalu memberikan kehidupan yang baik baginya. Walaupun masa lalu itu tidak sepenuhnya luput dari ingatan, namun hanya dijadikan ibrah bagi kehidupannya saat ini.
Ia percaya dengan janji Allah dalam Kitab-Nya. “Laki-laki yang baik adalah untuk wanita yang baik”. Ia pun bertekad memperbaiki diri untuk menjadi seseorang yang lebih baik lagi dan membangun semua cita-citanya dengan terus berkarya. Ia ingin melukiskan masa mudanya dengan tinta emas kesuksesan. Tiada yang lebih membahagiakan jika kita bisa mewujudkan cita-cita yang besar, juga visi misi yang dapat menembus dimensi akhirat.
Ia yakin bahwa suatu saat kelak, Allah pasti mengirimkan seseorang yang terbaik baginya. Tidak mesti dengan berpacaran. Keseriusan seseorang hanya dapat dilihat dari keberaniannya menolak ikatan yang belum halal itu dengan meminta untuk dilaksanakan ikatan yang halal. Laki-laki yang baik tentu akan mengkhitbah wanita yang dicintainya. Hanya itulah satu-satunya jalan yang di Ridhoi oleh Allah SWT. Hal itu juga yang ia harapkan.  Semoga Allah senantiasa menjaga hati ini sampai tiba saatnya nanti. Amin Ya Rabbal ‘Alamin…

Munajat


Begitu mudahnya ya Rabb, permasalahan demi permasalahan menyentuh kehidupan hamba. Permasalahan yang berujung pada rasa sakit pada fisik dan mental. Adakah Engkau hilangkan perlindungan-Mu? Adakah Engkau hilangkan penjagaan-Mu? Rasanya tidak. Melainkan hamba sendiri yang membuat dinding bagi kehadiran rahmat-Mu, kehadiran kasih sayang-Mu. Demi Zat-Mu yang Maha Membuka pintu maaf dan ampunan, kiranya tiada langkah buruk hamba yang tak Engkau hapuskan, tiada perbuatan salah hamba yang tak Engkau maafkan. Engkau Maha Pengampun lagi Maha Pemaaf.
Wahai pemilik semangat, hibur hati kami dengan jutaan harapan-Mu yang tak pernah bohong. Hiasi mata kami dengan pandangan cinta dan kasih sayang-Mu. Jauhkan kami dari keinginan singkat dan hawa nafsu yang negatif.
Wahai pemilik segala kekuatan, kuatkanlah hati kami atas “siang” dan “malam” kehidupan yang kami lalui. Kehendak ada padaMu, juga keridhaan dan ampunan. Segalanya ada padaMu.
Ya Allah.. jagalah kehidupanku dengan keistiqamahan yang sempurna. Sebentar baik dan sebentar buruk bukanlah keinginanku. Peliharalah aku dari kefasikan dan kemunafikan. Ya Allah.. penyerahan nasib kembali mulai kudendangkan, kepada Engkau, Zat Yang Mahasegalanya.
Ya Allah, bilakah aku menjadi manusia yang hidup tanpa hati yang hidup? Ya Allah, bilakah semua tulisanku hanya menjadi cahaya bagi yang lain? Sedangkan aku penulisnya, terlelap gelap dalam kehinaan. Ya Allah, jangan biarkan aku merugi karena perbuatanku. Jangan biarkan kekhawatiranku terwujud. Berikanlah lagi dan lagi, ampunan dan maafMu untukku.
Aamiin ya mujiibassailin…